Eksploitasi pekerja migran, Ferrero stop impor minyak sawit Malaysia

0
504
Seorang PMI sedang membawa buah kelapa sawit di perkebunan di pelosok Malaysia. (Foto: Reuters)
Contact US +852859865
Contact US +852859865

PERUSAHAAN makanan raksasa dari Italia, Ferrero menghentikan pembelian minyak sawit dari Malaysia setelah laporan Bea Cukai Amerika Serikat tentang adanya praktik kerja paksa pekerja migran di perkebunan sawit Sime Darby.

“Pada 6 April, kami telah meminta semua pemasok langsung kami untuk berhenti memasok Ferrero dengan minyak sawit dan minyak inti sawit yang bersumber tidak langsung dari Sime Darby, sampai pemberitahuan lebih lanjut. Ferrero akan mematuhi keputusan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS” begitu bunyi keterangan Ferrero yang diterima Reuters.

Praktik perburuhan di seluruh negara Asia Tenggara telah mendapat sorotan dalam dua tahun terakhir, dengan enam perusahaan termasuk Sime Darby dilarang oleh bea cukai AS atas tuduhan adanya kerja paksa.

Minyak kelapa sawit adalah bahan utama dalam cokelat Ferrero Rocher dan selai Nutella. Fungsi minyak sawit pada produk ini membuat tekstur lembut yang khas dan menjadi lebih awet.

Meskipun Ferrero membeli relatif sedikit minyak nabati dari Sime Darby, tetapi karena sebelumnya sudah ada tindakan serupa dari Hershey Co dan General Mills Inc, hal ini menjadi pukulan bagi perusahaan Sime Darby.

Malaysia adalah salah satu produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar di dunia dan industri kelapa sawit telah menjadi tulang punggung pembangunan sosial dan ekonomi negara. Menghadapi tuduhan pelanggaran tenaga kerja terhadap pekerja migran di banyak perusahaan perkebunan ini tentu membuat reputasi Malaysia menjadi buruk.

Meskipun demikian perusahaan minyak sawit Sime Darby mengatakan bahwa pihaknya telah mengambil langkah-langkah di bidang hak asasi manusia dan bahwa semua pemangku kepentingannya yang berkomitmen terhadap keberlanjutan dapat diyakinkan akan komitmen dan kepemimpinannya dalam industri ini.

Menyusul keputusan tahun 2020 yang menunjukkan “indikator kerja paksa” di Sime Darby, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS mengatakan pada Januari bahwa mereka memiliki cukup bukti pelanggaran-pelanggaran hak pekerja yang memenuhi alasan untuk menyita produk-produk perusahaan.

Sime Darby, yang dipandang sebagai pemimpin dalam minyak sawit yang diproduksi secara berkelanjutan, telah menjanjikan “perubahan besar-besaran” pada tata kelolanya dan beberapa praktik perburuhan menyusul temuan AS.

Minyak kelapa sawit adalah salah satu minyak nabati yang paling murah dan tumbuh paling cepat di dunia, digunakan dalam produk dari makanan hingga kosmetik hingga biodiesel. Tetapi industri ini telah menghadapi pengawasan selama bertahun-tahun karena deforestasi yang meluas di Asia Tenggara dan eksploitasi pekerja migran.

Pekerja migran dari negara-negara seperti Indonesia, India dan Bangladesh menyumbang sekitar 80 persen dari angkatan kerja kelapa sawit di Malaysia, produsen komoditas terbesar di dunia setelah negara tetangga Indonesia.

Ferrero mengatakan hanya menggunakan minyak sawit berkelanjutan bersertifikat. Perusahaan ini menggunakan 85 persen minyak sawit dari Malaysia, yang secara tradisional memiliki reputasi keberlanjutan yang lebih baik daripada Indonesia.(ss/e)

Facebook Comments